“Ketiga waktu itu selalu memicu terjadinya krisis darah di manapun itu tempat. Karena, 70% pendonor darah adalah pelajar dan umat muslim,” ujar Sekretaris Umum PMI Solo kepada wartawan dalam acara silaturahmi dengan pendonor darah se-Soloraya di Taman Balekambang, Selasa (22/12).
Meski ada ancamana krisis, namun selama dua tahun terakhir ini PMI Solo selalu lolos dari ancaman krisis darah. Hal itu, kata dia, berkat gencarnya sosialisasi akan pentingnya kesadaran berdonor darah sehingga ancaman stok kosong darah terlewati. “Akhir tahun ini saja, PMI Solo masih punya cadangan sebanyak 2.000 kantong darah di tengah ancaman krisis darah,” lanjutnya.
Dalam acara silaturahmi para pendonor darah tersebut, sebanyak 30-an pendonor darah mendapatkan penghargaan sebagai pejuang kemanusiaan yang paling rajin dan paling intens. Mereka ialah para pendonor darah yang menjadi tulang punggung misi kemanusiaan yang diemban PMI Solo. “Ada yang dari perwakilan organisasi keagamaan, seperti MTA dan organisasi sosial kemasyarakatan, hingga perorangan,” imbuh Ketua Panitia acara, Titis Wahyudiono.
0 komentar:
Post a Comment