Takes at least two people to see the truth: one to speak and another to understand it

persamaan dan perbedaan kedua tokoh bangsa (bagian terakhir)

Dari Kedua Ulasan Sebelumnya mengenai Bung Karno dan Gus Dur, maka IUFN Crew menyimpulkan beberapa persamaan dan Perbedaan:

Persamaan:
> Sama-sama Guru Bangsa
> Sama-sama Kontroversial
> Sama-sama ingin menyatukan indonesia dengan segala macam perbedaan yang ada
>Kehidupan ini adalah keberagaman yang ada dan karenanya menjadi indah bila damai bersamanya. Kenapa harus memaksakan menjadikan semuanya satu warna. Hidup pasti akan lebih dari sekedar robot yang sangat membosankan. Dan manusia bukanlah robot, melainkan makhuk yang mulia dengan akal-budinya.
(sumber)

Perbedaan:
> Gus Dur lahir dari kalangan Agamis, Soekarno lahir dari kalangan Nasionalis yang agamis
> Musuh Politik yang berbeda
> dll

Kontroversi Soekarno:
> Politik NASAKOM (Walaupun disini masih ada beberapa pertanyaan komunis apakah suatu bentuk atheisme atau bentuk pandangan ekonomi sosialisme yang sekarang mengantarkan para penganut sosialisme / faham ekonomi kerakyatan ke era puncak mengalahkan liberalisme
contoh: cina
> pengangkatan presiden seumur hidup (Walaupun ada pengertian berbeda kita memang presidensiil tapi apa salahnya jika ada seorang kepala negara yang berwibawa dengan seorang yang pintar menjadi kepala pemerintahan, hampir sama seperti parlementer)
> dll

Kontroversi Gusdur: sumber: http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/gus-dur-kontroversi-tiada-henti/
“Gus Dur itu wali,” kata sebagian kelompok masyarakat lainnya. Dua pandangan itu mengemuka secara bersamaan dalam kurun tahun 2000. Penyebab kontroversi itu tak lain adalah pernyataan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat itu.
Secara terbuka, ia menyatakan keinginannya mencabut TAP MPRS No XXV/MPRS/1966. TAP tersebut berisi tentang pelarangan aja­ran Komunisme, Marxisme-Le­ninisme, sekaligus pembu­baran Partai Komunis Indo­nesia (PKI), dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang.
Alasannya jelas. Negeri ini punya prinsip berbeda-beda, tetapi tetap satu. Kepada para pihak yang menuduh bahwa dirinya “antek PKI”, Gus Dur menjawab bahwa komunisme itu bukan PKI.
“Ya, masak kalau lihat yang ada di PPP dan nengok gambar kabah pada spanduk partai itu, lalu kita langsung menyimpulkan kalau Islam itu, ya PPP itu. Jelas ini salah paham total,” katanya. Artinya, komunis itu bukan PKI, sebagaimana Islam itu bukan partai Islam.
Tak hanya soal komunisme. Gus Dur juga berencana untuk menjalin hubungan diplomatik dengan negara Israel. Ia juga membubarkan Departemen Penerangan (Deppen) dan Departemen Sosial (Depsos).
Bahkan, banyak politisi maupun menteri yang deg-degan ketika Gus Dur melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Pasalnya, dalam setiap kunjungan kerja itu, ia sering sekali membuat pernyataan politik yang membuat heboh. Salah satunya adalah pernyataannya tentang penonaktifan Wiranto dari posisi Menteri Pertahanan Keamanan dan Panglima ABRI (Menhankam Pangab) pada tahun 2000, karena terkait kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Timor Timur (Timtim).
Masalah timbul karena Wiranto yang ada di dalam negeri tidak mengetahui keputusan penonaktifan tersebut. “Saya tidak pernah mendengar itu. Saya akan menanyakan kepada beliau nanti setelah beliau pulang,” kata Wiranto yang saat itu masih menjadi orang terkuat di tubuh TNI.
Uniknya, setelah pulang dari luar negeri, Gus Dur membantah telah menonaktifkan Wiranto. “Siapa yang bilang,” katanya. Belakangan, Wiranto memang mengundurkan diri karena merasa tak diinginkan lagi oleh pucuk pemimpin negara.
Pernyataannya agar Kapolri menangkap Pengusaha Tommy karena terlibat sebagai bandar perjudian juga menimbulkan reaksi karena semua orang langsung mengira bahwa Tommy yang disebut Gus Dur adalah Tommy Winata.
Namun, pada sore harinya, ketika ditanya kembali oleh wartawan, Gus Dur menegaskan bahwa Tommy yang ia maksud adalah Tommy, si tukang cendol. Kemudian, pada 23 Juli 2001, ia mengeluarkan Dekrit Presiden yang isinya membubarkan MPR/DPR.

Kontroversial
Ketika tak lagi menjabat sebagai presiden lagi, ia masih sering membuat kontroversi. Pada Pemilu 2004, ia menyatakan, Jusuf Kalla yang saat itu maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono seorang koruptor. Ia bahkan mengaku memiliki dokumen setebal 350 halaman. “Saya pernah serahkan ke Akbar Tandjung 350 lembar bukti korupsi Jusuf Kalla,” kata Gus Dur.
Kalla sendiri langsung memberikan jawaban. “Ah, Gus Dur itu hanya main-main. Dokumen yang ia katakan setumpuk itu hanya kliping koran dan kontrak kerja,” kata Kalla.
Dalam wawancara dengan Radio Nederland, Gus Dur juga menyebut calon presiden (capres) Partai Golongan Karya (Golkar) Wiranto memiliki hubungan dengan Pondok Pesantren Al-Zaitun di Indramayu yang dikabarkan memiliki perilaku yang baru, seperti mempekerjakan anak-anak dan menjual perempuan.
Kontroversi yang paling ramai hingga melibatkan protes dari lima ratus ulama Indonesia adalah ketika Gus Dur mengatakan bahwa Alquran sebagai kitab suci paling porno sedunia. Dalam buku berjudul Gus Dur, Asyik Gitu Loh karya Maia Rosyida, disebutkan, Gus Dur mengatakan “Alquran kitab suci paling porno. Ya, kan bener di dalamnya ada kalimat menyusui. Berarti mengeluarkan tetek. Ya udah, cabul kan?”
Ketika ramai-ramai orang berteriak, “musnahkan pornoaksi dan pornografi di negeri ini karena tidak sesuai dengan syariat Islam”, Gus Dur memberikan contoh tentang Kitab Raudlatul Mu’aththar. “Anda tahu, Kitab Raudlatul Mu’aththar (the perfumed garden, kebun wewangian)? Itu merupakan kitab bahasa Arab yang isinya tata cara bersetubuh dengan 189 gaya, ha ha ha…Kalau gitu, kitab itu cabul, dong?” kata Gus Dur.
Dan yang menarik, ia me­ngatakan, “Tuhan itu tidak perlu dibela.”
Gus Dur memang selalu mengeluarkan pernyataan yang kontroversial, tetapi selalu ada aspek humornya yang bisa untuk diresapi (sekedar menambahkan dari penulis: kehidupan di dunia selalu dipisahkan waktu dan jarak sehingga sejak jaman prasejarah, sejarah, dan sekarang maklumlah akan timbul banyak perbedaan yang ada di dunia yang dipisahkan dengan kedua hal tersebut tetapi perbedaan tersebut akan menjadi indah bila semua manusia bisa menerima perbedaan itu, saling menghargai dan menghormati bukan memaksakan, dan hal lain yang hampir sama karena itulah yang akan merusak esensi yang ada. terimakasih)
Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya.
Unknown

0 komentar: