Takes at least two people to see the truth: one to speak and another to understand it

surakarta

Menyambut Kehadiran Kereta Uap Solo


WACANA

15 September 2009 ( www.suaramerdeka.com )

RENCANANYA tanggal 17 September 2009 menteri Perhubungan Jusman Syafei Jamal akan meres-mikan kereta wisata dengan loko uap di Kota Solo. Tidak banyak operasi kereta api (KA) Wisata di Indonesia saat ini. Tercatat hanya ada tiga lokasi lintas KA yang mengoperasikan KA Wisata menggunakan lokomotif uap. Di kawasan hutan jati Cepu dioperasikan oleh Perum Perhutani, di Ambarawa dan di Sawahlunto (Sumatera Barat) dioperasikan oleh PT Kereta Api. Tidak lama lagi akan dioperasikan KA Wisata dengan penarik loko uap (steam loco) di Kota Solo. KA Wisata ini terdiri dari satu lokomotif uap dan dua unit kereta penumpang. Bahan bakar untuk menggerakkan lokomotif adalah kayu jati.
pasanglocodirel
Sedangkan kereta penumpang yang ditarik terbuat dari kayu jati. Setiap kereta dapat menampung lebih kurang 40 penumpang. Kecepatan rata-rata perjalanan di dalam kota antara 20-40 kilometer per jam. Untuk perjalanan wisata tidak diperlukan kecepatan tinggi, apalagi di tengah kota. Dengan adanya KA wisata berjalan di tengah kota diupayakan sebagai trigger untuk menarik wisatawan sebanyak mungkin ke Solo. Dapat juga sebagai sekaligus menjadi ciri khas Kota Solo yang akan mudah diingat oleh wisatawan. Dengan adanya steam loco tour juga menjadi branding yang kuat untuk menjual potensi wisata kota. Di sisi lain juga merupakan upaya meningkatkan jumlah wisatawan domestik dan internasional yang berkunjung ke Kota Solo. Dan pada akhirnya akan meningkatkan lama tinggal atau menginap wisatawan yang mengunjungi Kota Solo.

Jalur bersejarah Jalur kereta api (KA) antara Solo-Wonogiri merupakan bagian dari sejarah keberadaan kereta api di Indonesia. Jalur ini dibangun 1 April 1923 dan kemudian dioperasikan oleh Netherlands Indische Spoorwage (NIS) sebuah perusahaan swasta Pemerintah Hindia Belanda. Panjang jalur 33 kilometer, sebagian darinya melintas di tengah Kota Solo. Jalur ini sebenarnya berakhir di Stasiun Baturetno (Wonogiri). Jalan rel dari Stasiun Wonogiri-Stasiun Baturetno sudah tak dapat difungsikan, karena sebagian jalur itu tergenang untuk pembangunan Waduk Gajahmungkur. Namun kalau mau difungsikan kembali masih memungkinkan dengan membuat jaringan rel baru menyusuri tepian Waduk Gajahmungkur.

Jalur yang melintas menelusuri Kota Solo itu sepanjang enam kilometer tepat bersisian dengan Jl Slamet Riyadi hingga berakhir di Stasiun Kota (Sangkrah). Apabila menggunakan KA melewati jalur itu, seolah-olah kita dihidangkan dengan sebagian wajah Kota Solo. Jalan rel itu membentang sepanjang Jl Slamet Riyadi yang merupakan jalan utama di tengah Kota Solo. Hanya kurangnya informasi yang benar mengenai sistem operasi kereta api (KA) di negara kita menyebabkan jalur ini tidak begitu dikembangkan. Kalau diteruskan hingga Wonogiri, akan mendapatkan pemandangan suasana pedesaan yang menjual bagi kalangan wisatawan. Ada perpaduan antara suasana perkotaan dan pedesaan dalam satu perjalanan KA wisata ini.

Saat ini, rel yang terpasang sedang dalam kondisi pergantian. Usia rel yang lama (R25) sudah 100 tahun lebih belum pernah diganti. Mengingat di masa mendatang akan lebih banyak frekuensi KA yang melewati di lintas ini, maka perlu diganti dengan R 42 (setiap panjang 1 meter beratnya 42 kilogram). Juga bantalannya diganti menggunakan konstruksi bantalan beton yang sebelumnya bantalan kayu dan sebagian baja.

Dulunya di sepanjang lintas ini mulai Stasiun Purwosari hingga Stasiun Kota (Sangkrah) terdapat delapan tempat pemberhentian semacam halte, yaitu Pesanggrahan, Ngadisuran, Bando, Ngapeman, Pasarpon, Cayudan, Kauman dan Lojiwetan. Halte-halte itu sekarang sudah tiada. Di sepanjang dan sekitar Jl Slamet Riyadi terdapat banyak objek wisata yang dapat disinggahi.

Kota Solo merupakan satu-satunya kota yang masih memiliki jalur rel di tengah kota yang berada di atas permukaan tanah (at grade). Kota-kota lainnya yang dulunya memiliki jaringan
rel di tengah kota telah dimusnahkan. Kalah dengan pengembangan moda jalan raya. Beberapa kota di Indonesia yang pernah memiliki jaringan KA di tengah kota adalah Jakarta, Semarang, Malang, Surabaya, Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo. Padahal sekarang ini dengan mengoperasikan KA di tengah kota akan memberikan daya tarik tersendiri terhadap kota itu. Beberapa tahun yang lalu, pernah ada wacana untuk menghapus jaringan KA di tengah Kota Solo. Karena dianggap tidak relevan dengan perkembangan kota. Justru kota yang modern adalah kota yang dapat menyandingkan jaringan jalan raya dan jaringan jalan rel dalam satu ruang pergerakan tanpa saling bersinggungan namun saling bersinergi.

Demikian pula dengan mengoperasikan KA Wisata dengan loko uap yang bernuansa perjalanan KA masa lalu dapat menjadi magnet untuk menarik lebih banyak wisatawan ke Kota Solo. Di samping itu dapat menjadi ikon baru bagi Kota Solo. Karena Kota Solo hanya satu-satunya kota di Indonesia yang masih mempertahankan jaringan rel di tengah kota. (80)

Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya.
Unknown

0 komentar: