Takes at least two people to see the truth: one to speak and another to understand it

Mata Rantai "Century oh Century"


Menarik tawaran Wimar Witoelar menanggapi tulisan Bambang Harymurti agar diskusi soal Century lebih diperluas ke publik dengan tema: “The Truth About Bank Century”.
Menyambut tawaran itu, saya mencoba memulainya dengan menyajikan data-data terakhir yang saya dapatkan: Data-data yang bisa dijadikan pertimbangan: 1. Pada 21 Nov saat keputusan penyelamatan dibuat, dana nasabah Century yang dijamin pemerintah dan harus dibayarkan Lembaga Penjamin Simpanan (untuk simpanan kurang dari Rp 2 miliar) jika Century ditutup sebesar Rp 5,6 triliun. Sedangkan dana nasabah di 18 bank yang bisa kena dampak sistemik dan dijamin pemerintah Rp 15 miliar. Jadi, total dana nasabah yang harus dibayar LPS Rp 17,5 miliar.

Jadi, kalaupun century ditutup, LPS harus keluar dana Rp 5,6 triliun (versus dana penyelamatan yang semula Rp 632 miliar kemudian bengkak jadi Rp 6,8 triliun, dan yang kini sudah terpakai baru Rp 4,7 triliun). Dari jumlah Rp 5,6 triliun, yang kemudian ditarik setelah penyelamatan oleh nasabah yang dijamin yaitu Rp 3,5 triliun.
2. Suntikan dana per 21 Nov yang perlu dikeluarkan LPS untuk Century sebesar Rp 632 miliar (kemudian bengkak jadi Rp 6,76 triliun). 3. Dari dana LPS Rp 6,8 triliiun yang sudah dikucurkan itu, sebetulnya masih ada Rp 2 triliun di Century, karena kucuran dana itu sebetulnya untuk memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal (CAR) 8%. Jadi, uang yang sesungguhnya sudah betul-betul terpakai Rp 4,7 triliun. 4. Uang di LPS saat ini Rp 17 triliun, terdiri dari Rp 4 triliun uang negara (modal awal), Rp 13 triliun dari uang iuran premi perbankan. Dari data-data itu bisa disimpulkan: 1. Pada waktu pengambilan keputusan penyelamatan Century pada 21 Nov, biaya penutupan jauh lebih besar dari biaya penyelamatan (kalau pun dibandingkan dengan biaya Rp 6,8 triliun). 2. Jangan lupa, dari biaya Rp 6,8 triliun itu pun, yang terpakai baru Rp 4,8 triliun. Jadi, kalau sekarang kita sudah meributkan negara rugi Rp 6,8 triliun itu keliru. Jangan lupa pula, pengeluaran ini bisa diperkecil (atau bahkan ditutup) dari hasil penjualan Century 3-5 tahun mendatang setelah bank itu disehatkan. 3. Uang negara Rp 4 triliun sampai sekarang masih aman. Bahkan jika uang LPS dikurangi biaya penyelamatan Rp 6,8 triliun yang sekarang diributkan. 4. Boedi Sampoerna sebagai nasabah terbesar Century dengan simpanan Rp 2 triliun, baru menarik dana Rp 500 miliar. (Arifin Panigoro dan Murdaya Poo pun sudah membantah punya rekening di Century seperti diberitakan, dan sudah saya klarifikasi pula ke pihak-pihak lain memang tidak benar). 5. Lalu, soal uang publik (dari premi perbankan) Rp 13 triliun, saya sudah mendapat jawaban dari Dirut BNI Gatot Suwondo (dan masih harus dicari pendapat bankers lain), justru mereka merasa penting LPS menggunakan uang itu untuk menyelamatkan Century. Kalau tidak, semua bank termasuk BNI terancam kena krisis dan ancaman pelarian modal ke luar negeri benar-benar riil akibat adanya jaminan penuh yang diberlakukan di Singapura, dll. Perlu juga diingat, sebagian besar nominal dana pihak ketiga bank saat ini berasal dari para nasabah besar, meski secara kuatitatif jumlah mereka kecil. Dari data-data ini, mungkin kita justru harus bertanya ulang dengan kritis atas hiruk-pikuk selama ini: 1. Benarkah penutupan lebih menguntungkan dari penyelamatan? 2. Adakah kerugian negara sesungguhnya dan siapa yang dimaksud dengan publik yang dirugikan itu? 3. Siapa pula nasabah besar yang telah menarik dananya besar-besaran, yang mendesak penyelamatan dan kemudian mengambil keuntungan setelah Century diselamatkan? Meski begitu, bisa saja itu salah oleh karena itu ini hanyalah hasil pengamatan saya (sebagai gambaran prediksi seorang pengamat dalam sepakbola belum tentu tepat, tapi intinya pengamat tersebut adalah pemerhati bola)

best regards
Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya.
Unknown

1 komentar:

fe uns said...
Sunday, 13 December, 2009

Century ini memang membingungkan, kalau saya yang menjadi pengamat saya tidak akan terburu buru mengambil sikap karena ini adalah bentuk asimetri informasi