Takes at least two people to see the truth: one to speak and another to understand it

Ini Hatiku, Mana Hatimu - Sebuah Ilustrasi untuk Indonesia Baru



sponsored by Gerakan Indonesia Merdeka dari Hutang dan Belajar Menjadi Jurnalis - IUFN Crew

Dalam publikasi ini IUFN crew mengangkat sebuah topik "Harapan Kami terhadap Indonesia", tidak lepas dari beberapa topik sebelumnya yang mencontohkan salah satu diantara banyak pemimpin bangsa yang dikagumi dan bagaimana seharusnya menyikapi hutang negara ini.

Untuk mengawalinya kami sajikan fakta terbaru akhir2 ini:

1. Pengadaan Mobil Mewah Untuk Pejabat dan Pejabat Setingkat Menteri
2. Keadilan yang tak bisa ditegakkan
3. Kinerja Keuangan apakah bisa lebih baik dari SILPA tahun 2009 sebesar 38 Trilyun Rupiah?

Pengadaan Mobil Mewah Untuk Pejabat dan Pejabat Setingkat Menteri
Historis: Penetapan Anggaran Tahun 2009 untuk pengadaan mobil kepada Pejabat Menteri dan Setingkat Menteri sebesar 810 juta rupiuah per unit untuk 79 unit pengadaan (ketok palu) sebesar 63,99 Milyar Rupiah

Permasalahan:
1. Esensi Pengadaan (Apakah dengan adanya pengadaan mobil mewah kinerja akan meningkat sehingga hutang negara bisa cepat terlunasi atau sebaliknya)
2. Menyimpang dari Ketentuan Menteri Keuangan (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.02/2008 tertanggal 29 April 2008 mengenai Standar Biaya Umum Anggaran 2009)
3. Adanya Pemborosan sekitar 32,39 Milyar Rupiah (Menurut PerMenKeu No. 64 Tahun 2008 tersebut, mengenai standar biaya disepakati sebesar 400 juta rupiah per unit sedangkan angka ketok palu 810 juta per unit sehingga besar pemborosan 32,39 M)
4. Perkembangan menarik soal point 3, kenyataan dilapangan menunjukkan adanya pembengkakan pemborosan terhadap PerMenKeu No. 64 Tahun 2008 menjadi sebesar 71,1 M

Pertanyaan:
1. Apakah angka sebesar 71,1 M harus dihamburkan untuk membuat penciptaan pencitraan terhadap indonesia atas kehidupan mewah para pejabatnya? Kenapa tidak digunakan untuk hal yang lebih penting untuk hal itu?
+ munculnya skeptisme masyarakat atas hal ini yang pesimis tentang kinerja yang lebih baik bila pola pikir pejabatnya aja seperti ini (paling para pejabat semua sudah dianggarkan dan anggaran harus dihabiskan sebagaimana mestinya untuk membiayai hal yang dianggap perlu)
2. Pandangan akan kondisi bangsa apakah hanya dirasakan oleh kaum bawah yang notabene dicap sebagai masyarakat yang kurang terdidik?
+ pada zaman soekarno, semua pejabat dapat merasakan dan memaknai perasaan saat itu yang baru saja merdeka (mereka mampu menunjukkan kesederhanaan dan mencoba berkembang dalam kinerja sebagai bangsa yang baru saja merdeka dengan keterbatasannya)
+ pada zaman sekarang, pejabat tidak mampu merasakan dan memaknai perasaan untuk secepatnya berkembang dan bebas dari hutang (apakah mungkin mereka berpikir yang berhutangkan kan negara? tetapi mereka mendapat gaji dari negara dengan jumlah hutang sekitar 1618,236 Trilyun Rupiah.
3. Apakah pencitraan seorang pemimpin sejati sebuah bangsa di era sekarang sudah tidak ada (dulu orang bilang presiden manusia nomor 1 dan manusia setengah dewa dsb, dan sekarang presiden hanyalah manusia yang mampu berakting dengan baik pada saat pemilu)
+ sehingga presiden sekarang tidak bisa mengkomando bawahannya untuk bisa bekerja dengan penuh HARGA DIRI dan MENGERTI KONDISI BANGSA DAN NEGARA.
+ presiden tidak bisa memberikan sebuah contoh positif karena presiden berasal dari parpol yang menang pemilu yang menghabiskan dana banyak sekali sehingga kalau orang ekonomi bilang "investasi adalah mengeluarkan sejumlah biaya dengan perhitungan yang yang terperinci sehingga bisa balik modal dan untung besar". Terus dimana kata "rakyat"?

sumber: sumber1, sumber2

Keadilan yang Tidak Bisa ditegakkan

Historis: Banyaknya Mafia Hukum Mulai di Kepolisian, Kejaksaan, bahkan bisa saja Rutan, Kantor2 yang strategis (berhub dengan cpns, rumah sakit, dll)

Permasalahan:
1. Adanya mafia kasus di kejaksaan dan kepolisian membuat persepsi bahwa hukum itu milik orang yang berduit, lunturlah asumsi hukum adalah untuk mencari dan menegakkan kebenaran yang hakiki.
2. Adanya Mafia hukum di Rutan sehingga para pidana dengan kasus yang amat membahayakan perkembangan bangsa dan negara misal: kasus korupsi dan narkoba; bisa hidup di ruang tahanan yang mewah bak tidur dihotel berbintang.
3. Adanya Mafia-mafia di area strategis, memunculkan bahwa keadilan itu adalah uang

Pertanyaan:
1. Mungkinkah hal ini diberantas?
2. Orang dihukum itu untuk meratapi kesalahannya atau berwisata sih?
3. Apakah ini semua karena uang atau ada motif lain dibelakangnya?
4. Bagaimana seorang presiden bisa mengajak dan memberi contoh yang baik sehingga Indonesia bisa berjalan dibawah kepemimpinan beliau bukannya berjalan sendiri2 dan seenaknya sendiri?
5. Apakah semua sektor di kepemerintahan akan di mafia kan (dijual kepada mafia, dimafiakan, dan dikuasai mafia)?

sumber: sumber 1, sumber2, sumber3, sumber4, sumber5

Kinerja Keuangan apakah bisa lebih baik dari SILPA tahun 2009 sebesar 38 Trilyun Rupiah?

Historis: Masalah Pemborosan dimana-mana, Pembuatan anggaran dengan tujuan habis dipakai dimana esensi kepentingan bagi INDONESIA BERDIKARI tidak ada, Pelanggaran-pelanggaran perpajakan

Permasalahan:
Tentunya bagi para praktisi bahkan akademisi angka SILPA tahun 2009 sebesar 38 T adalah angka yang sangat besar. Tapi apakah angka seharusnya sebesar itu jika tidak ada usaha pemanfaatan dan penyalahgunaan yang dipayungi hukum (dalam hal esensi, efektivitas, dan efisiensi) dalam hal penyusunan, pelaksanaan, dan pelaporan anggaran serta usaha-usaha pelanggaran2 yang lain. Ingat hutang kita sebesar 1618,236 Trilyun Rupiah.

Pertanyaan:
1. Apakah hal tersebut bisa terwujud? Apakah tidak ada keinginan dalam satu periode pemerintahan untuk secepatnya melunasi hutang negara bukan dilihat dari segi jatuh tempo tetapi dari segi total hutang? (takutnya masalah hutang ini akan menimbulkan pemikiran ketenangan dan ketidakpedulian)
>Tenang karena jatuh temponya masih ada yang lama sehingga bukan tanggung jawab periode pemerintahan kita
> Tidak peduli karena yang berhutang negara bukan kita yang bekerja untuk negara yang berhutang
2. Apakah presiden selaku orang nomor satu atau dinomer satukan yang memenangkan pencalonan presiden bisa mengajak seluruh warga negara bahkan bawahannya untuk menyadari keadaan Indonesia saat ini yang ingin merdeka dari hutang? (Untuk itu sangat penting bekerja dengan penuh harga diri dan tidak murka akan harta, sehingga segala daya dan upaya dilakukan untuk mengeruk kekayaan negara secara berjama'ah yang seharusnya masih bisa digunakan secara semestinya)

sumber: sumber1, sumber2, sumber3

Harapan Kami
1. Adanya seorang pemimpin yang terlahir dari kampanye yang sederhana sehingga tidak terikat hubungan balas jasa dan sebagainya, memiliki komitmen, visi, dan misi yang jelas.
2. Adanya pemimpin yang bisa merangkul seluruh warga negara dan memiliki kemampuan manajerial di atas rata2 untuk bisa memaknai perkembangan dan kondisi bangsa dan negara saat itu.
3. Adanya pemimpin yang memiliki nasionalisme yang tinggi.
4. Kinerja yang baik dari pemerintahan yang bisa memaknai maksud kemerdekaan sejati.
5. Mentalitas dan Harga diri para pejabat yang sinergi dengan kinerja: Mentalitas yang memiliki harga diri yang tinggi terhadap praktek good corporate governance.


Regards
Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya.
Unknown

1 komentar:

PELESTARI LINGKUNGAN said...
Wednesday, 03 February, 2010

mencermati yang terjadi saat ini, saya berfikir negrikita sedang dalam masalah yang besar mengenai : kedaulatan (kemerdekaannya), terlihat dari para pakar ekonominya berfikir hanya pure ekonomi, sehingga tidak mengindahkan tujuan awal para pendiri negri. Para pakar ekonomi yang sekarang ada di link penguasa rata2 hanya berparadigma sebagai pialang saham (ibaratnya) mereka bekerja, berfikir keras hanya untuk para pemilik modal. sungguh ironi, negri ini sepenuhnya telah menjadi milik pemodal. tak heran bila pola hidup para poejabatnya (pemimpinnya) menjadi sangat konsumtif. mobil mewah, dsb, tentu saja para seponsor hapy2 aja dengan hal tersebut selama kepentingan dan keuntungannya mengalir tetap untuk mereka. Rakyat kecil hanyalah objek dari berbagai program (proyek) yang mereka canangkan. negara ini saya kuatir menjadi negri termunafik di dunia