Takes at least two people to see the truth: one to speak and another to understand it

INDONESIA OH INDONESIA


Seseorang yang baik di negara ini seperti "TAI" yang dianggap tak berharga oleh bangsanya "SENDIRI". Sempat menangis saya saat menulis artikel ini bukan karena cengeng atau yang lain tapi saya merasakan saat saya membaca SUMBER dari penulisan artikel ini.

Faktanya artikel sumber menceritakan yang dulu dan sudah berlalu TAPI MENARIKNYA sampai sekarang itu masih saja ada dan makin menjadi-jadi.

Tanda-tanda yang nampak:

1. Kalau anda melihat peraturan yang dikeluarkan pemerintah, banyak hal yang TIDAK PRO RAKYAT melainkan PRO INVESTOR.

Bung karno sempat berteriak
"Pada 17 Mei 1956. Bung Karno mendapat kehormatan menyampaikan pidato di depan Kongres Amerika Serikat. Sebagaimana dilaporkan New York Times (halaman pertama) pada hari berikutnya, dalam pidato itu dengan gigih ia menyerang kolonialisme.

“Perjuangan dan pengorbanan yang telah kami lakukan demi pembebasan rakyat kami dari belenggu kolonialisme, telah berlangsung dari generasi ke generasi selama berabad-abad. Tetapi, perjuangan itu masih belum selesai. Bagaimana perjuangan itu bisa dikatakan selesai jika jutaan manusia di Asia maupun Afrika masih berada di bawah dominasi kolonial, masih belum bisa menikmati kemerdekaan?” pekik Soekarno ketika itu.

Hebatnya, meskipun pidato itu dengan keras menentang kolonialisme dan imperialisme, serta cukup kritis terhadap negara-negara Barat, ia mendapat sambutan luar biasa di Amerika Serikat (AS)
"

2. Pandangan yang hebat untuk memperjuangkan semua KEPENTINGAN dianggap PENYIMPANGAN, padahal dia meyakini bahwa suatu hari seluruh masyarakat di Dunia berhak mendapatkan hak yang sama secara kemanusiaan dan memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Dia (Ir. Soekarno) meyakini dan apapun resikonya dia akan konsisten dengan yang dia yakini, UNTUK RAKYAT, TIDAK MENJILAT, MESKI BERAT, DIA YAKIN BENAR2 MERDEKA SUATU SAAT, ASAL TERUS BEKERJA GIAT, TAK PATAH SEMANGAT, WALAU DIA SUDAH PERGI MENINGGALKAN CITA2NYA, TAPI DIA TETAP YAKIN AKAN ADA YANG MENERUSKANNYA WALAU SEORANG SAJA YANG MAMPU MERUBAH INDONESIA. ~AMIN~

Kutipan yang mendukung:
"Tatkala memuncak ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab soal status Palestina ketika itu, pers sensasional Arab menyambut Bung Karno, “Juara untuk kepentingan-kepentingan Arab telah tiba”. Begitu pula, Tahta Suci Vatikan memberikan tiga gelar penghargaan kepada presiden dari Republik yang mayoritas Muslim itu.

Memang, pembelaan Bung Karno terhadap kaum tertindas tidak hanya untuk negerinya namun juga negeri lain. Itulah sebabnya, mengapa ia dipuja habis oleh bangsa Arab yang tengah menghadapi serangan Israel kala itu. Bung Karno dianggap sebagai pemimpin kaum Muslim. Padahal, di dalam negeri sendiri ia kerap dipandang lebih sebagai kaum abangan daripada kaum santri.

Sebenarnya, seberapa religiuskah Bung Karno? Bukankah ia juga dalam konsepsi Pancasila merumuskan sila Ketuhanan Yang Maha Esa? Sila yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan mengakui lima agama. Bagaimana mungkin merangkum visi lima agama itu dalam satu kalimat yang mendasar itu kalau si pembuat kalimat tidak memahami konteks kehidupan beragama di Indonesia secara benar?

Dalam hal ini elok dikutip pendapat Clifford Geertz Islam Observed (1982): “Gaya religius Soekarno adalah gaya Soekarno sendiri.” Betapa tidak? Kepada Louise Fischer, Bung Karno pernah mengaku bahwa ia sekaligus Muslim, Kristen, dan Hindu. Di mata pengamat seperti Geertz, pengakuan semacam itu dianggap sebagai “bergaya ekspansif seolah-olah hendak merangkul seluruh dunia”. Sebaliknya, ungkapan semacam itu-pada hemat BJ Boland dalam The Struggle of Islam in Modern Indonesia (1982)- “hanya merupakan perwujudan dari perasaan keagamaan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya Jawa”. Bagi penghayatan spiritual Timur, ucapan itu justru “merupakan keberanian untuk menyuarakan berbagai pemikiran yang mungkin bisa dituduh para agamawan formalis sebagai bidah”.
"

Nah kawan tulisan ini bukan merupakan sindiran ataupun apa, banyak kawan-kawan kita yang hidup di bawah garis kemiskinan (janganlah berpikiran siapa mereka dan akan memberi keuntungan apa mereka bagi saya), idealisme yang positif itu perlu dan harus mulai kita terapkan (jangan asalkan atasan senang dan kita kecipratan saja yang ada dibenak kita sebagai WARGA NEGARA INDONESIA), ingatlah keinginan baik kalian terhadap anak cucu kalian (yang menginginkan generasi penerusnya jadi orang hebat tidak seperti kita yang sekarang bukankah kita tidak punya keinginan untuk anak cucu kita menjadi pencuri dll, atau jangan2 kita benar2 sudah tidak peduli lagi pada orang selain kita, SUNGGUH KASIAN)

Saya ingin mengajak rubahlah INDONESIA DENGAN CEPAT, ASALKAN KITA PERCAYA DAN BERSAMA PASTI BISA, mulailah DARI DIRI KITA MASING2, hargailah seorang yang memilih berbeda karena mereka idealis (jangan karena beda mereka harus binasa)


Sekian tulisan dari saya

berikut adalah kutipan terakhir:

“Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat,” kata Bung Karno. Seorang yang hebat tidak bisa sendiri mereka tetap butuh kita mari kita hargai orang-orang hebat yang berbeda pandangan dengan kita, jangan sampai penghargaan kita dikalahkan oleh bangsa lain. ~AMIN~

Ide penulisan:
persamaan dan perbedaan kedua tokoh bangsa (bagian pertama)

tak ada salahnya baca juga:
persamaan dan perbedaan kedua tokoh bangsa (bagian kedua)
Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya.
Unknown

1 komentar:

Anonymous said...
Tuesday, 12 October, 2010

setelah saya baca sumbernya, saya juga sempat sedih, toh bgt saya jg melakukannya ditempat kerja, setelah saya pikir' yg saya lakukan itu menyimpang, tp mau bgmna itu mau kepala biro saya dan pejabat eselon lainnya